Rabu, 24 Juni 2009

Museum Fatahillah

Museum fatahillah


Museum Sejarah Jakarta merupakan museum sejarah yang diresmikan pada tanggal 4 April 1974. Nama lain dari museum ini adalah Museum Fatahillah. Sesuai dengan nama resminya, museum ini adalah museum yang didirikan untuk merekam perjalanan sejarah Kota Jakarta semenjak zaman Batavia. Bangunan museum ini terhitung merupakan bangunan kuno bergaya arsitektur kolonial abad ke-17 yang dikelilingi oleh bangunan-bangunan tua yang memesona.

Museum Sejarah Jakarta dalam sejarahnya merupakan salah satu gedung peninggalan VOC. Gedung ini berfungsi sebagai Gedung Balaikota (Staadhuis) pertama di kota Batavia yang dibangun oleh Belanda pada tahun 1627 M. Namun setelah Indonesia merdeka, tepatnya pada tahun 1970, gedung ini kemudian dipugar dan pada tanggal 4 April 1974 diresmikan menjadi Museum Sejarah Jakarta.

Selain berfungsi sebagai Balaikota, gedung ini dahulu juga digunakan sebagai tempat oleh Dewan Kotapraja (College van Schepen) untuk menangani masalah hukum yang terjadi di masyarakat. Seorang terdakwa yang akan diadili biasanya ditempatkan dalam penjara bawah tanah. Dalam penjara bawah tanah ini, para terdakwa diperlakukan secara tidak manusiawi. Tangan para terdakwa dirantai dan tubuhnya direndam dalam air sebatas dada yang penuh dengan lintah.

Bagi para terdakwa yang telah dinyatakan bersalah dan dianggap telah melakukan kejahatan atau memberontak terhadap pemerintah Belanda akan dikenai hukuman yang sangat berat. Salah satu hukumannya adalah hukuman gantung di depan Balaikota. Pada saat proses eksekusi dijalankan, masyarakat sekitar dikumpulkan untuk menyaksikan “pertunjukan” tersebut dengan cara membunyikan lonceng yang hingga kini masih tetap terpasang di atas bangunan tersebut.

Proses eksekusi merupakan simbol peringatan agar masyarakat tidak berusaha melawan atau menentang pemerintah Belanda. Peninggalan benda-benda untuk melakukan eksekusi itu masih tersimpan secara rapi di museum ini, di antaranya sebuah pisau panjang yang dahulu sering digunakan untuk memenggal kepala orang yang dijatuhi hukuman.

Museum Sejarah Jakarta mempunyai koleksi benda-benda bersejarah yang beragam, misalnya benda-benda arkeologi masa Hindu, Buddha, hingga Islam, benda-benda budaya peninggalan masyarakat Betawi, aneka mebel antik mulai abad ke-18 bergaya Cina, Eropa, dan Indonesia, gerabah, keramik, dan prasasti.

Koleksi benda-benda tersebut dipamerkan di berbagai ruang, seperti Ruang Prasejarah Jakarta, Ruang Tarumanegara, Ruang Jayakarta, Ruang Sultan Agung, Ruang Fatahillah, dan Ruang M.H. Tamrin. Bagi pengunjung yang ingin menikmati koleksi museum akan dimudahkan oleh tata pamer Museum Sejarah Jakarta. Tata pamer tersebut dirancang berdasarkan kronologi sejarah, yakni dengan cara menampilkan sejarah Jakarta dalam bentuk display. Koleksi-koleksi tersebut ditunjang secara grafis oleh foto-foto, gambar-gambar dan sketsa, peta, dan label penjelasan agar mudah dipahami berdasarkan latar belakang sejarahnya.

Selain itu, museum ini juga memamerkan benda-benda bersejarah lainnya seperti uang logam zaman VOC, aneka timbangan/dacinan, meriam Jagur yang dianggap mempunyai kekuatan magis, serta bendera dari zaman Fatahillah. Selain itu, pengunjung juga dapat melihat lukisan-lukisan karya Raden Saleh, peta-peta kuno, dan sebuah foto gubernur VOC bernama J.P. Coen.

Untuk menuju lokasi Museum Sejarah Jakarta, wisatawan dapat berkunjung dengan menggunakan kendaraan pribadi ataupun kendaraan umum. Jika memilih menggunakan kendaraan umum, wisatawan dapat menggunakan sarana transportasi bus Trans Jakarta dari arah Blok M menuju arah Kota. Selain itu wisatawan dapat juga menggunakan Mikrolet M-12 dari arah Pasar Senen menuju Kota, juga dapat menggunakan Mikrolet M-08 dari jurusan Tanah Abang menuju Kota. Alternatif lain yang tersedia, pengunjung dapat juga memilih bus patas AC 79 dari arah Kampung Rambutan menuju Kota.

Wisatawan yang berkunjung ke museum ini umumnya dikenai biaya masuk yang berbeda-beda berdasarkan perorangan atau rombongan. Bagi pengunjung perorangan, pengunjung dewasa (umum) dikenai biaya masuk sebesar Rp 2.000, untuk mahasiswa sebesar Rp 1.000, sedangkan untuk pelajar/anak-anak hanya dikenai biaya sebesar Rp 600. Tarif masuk untuk pengunjung berombongan (minimal 20 orang) juga dikenai biaya masuk yang bervariasi, rombongan dewasa dikenai biaya masuk sebesar Rp 1.500, untuk rombongan mahasiswa dikenai Rp 750, sementara rombongan pelajar/anak-anak hanya sebesar Rp 500.

Selain dipamerkan benda-benda bersejarah, di museum ini juga tersedia fasilitas lainnya, seperti perpustakaan yang mempunyai koleksi 1.200 judul, kafe, toko suvenir, ruang sholat, ruang pertemuan, dan taman. Untuk wisatawan yang datang dari luar kota dan berniat menginap, mereka tak perlu khawatir, karena di dekat museum terdapat banyak penginapan, wisma, maupun hotel.(Sumber:www.wisatamelayu.com)

Meriam KI Amuk

Meriam KI Amuk


diketahui bahwa kerajaan Pajajaran, yang ibukotanya sekitar Bogor, sekitar abad XVI mempunyai dua buah pelabuhan yaitu Sunda Kelapa dan Banten. Jalur darat dari ibukota menuju Banten, melewati Jasinga lalu membelok diutara Rangkasbitung menuju Banten Girang yang lokasinya sekitar 3 kilometer selatan kota Serang atau sekitar 13 kilometer selatan Banten Lama. Tahun 1513 Banten Lama sudah menjadi pelabuhan kedua setelah Sunda Kelapa itu, dimana diekspor beras dan lada. Belakangan berdiri kerajaan Banten dengan ibukota di Banten Lama yang dekat pantai itu yaitu Kota Surosowan. Kota ini berdiri atas perintah Sunan Gunung Jati kepada putranya yaitu Hasanudin yang menjadi raja Banten pertama. Selain membuat keraton Surosowan, Hasanudin juga membangun Mesjid Agung Kerajaan. Penggantinya,
Maulana Yusuf - membuat benteng sekitar keraton.

Banten dimasa keemasannya, pernah menerima kedatangan kapal Belanda yang dipimpin Cornelis de Houtman, JP Coen dll. Di pelabuhan Karangantu, banyak terdapat pedagang pedagang dari Portugis, Arab, Cina, Turki, Keling, Gujarat, Benggali dll. Belakangan Daendels manghancurkan total istana Surosowan, bukan saja gedung2 dihancurkan, ubin-nya pun dibongkar dan dipindahkan ke gedung pemerintahan Belanda di Serang.

Semasa kecil saya pernah ikut orang tua mengunjungi bekas kota Banten Lama itu, dan melihat sebuah meriam kuno besar yaitu Meriam Ki Amuk, yang konon adalah pasangan meriam Si Jagur yang ada di Musium Pusat Jakarta. Seingat saya meriam itu dulu adanya di pelabuhan Karangantu.


Benteng Speelwijk yang dibangun Belanda tahun 1585, sudah hancur, berbentuk segi empat sekitar 200 kali 200 meter dan tinggi benteng sekitar 3 - 5 meter. Diluar benteng terlihat Kerkhof - makam orang Belanda. Dibagian dalam hanya berupa lapangan, ada bangunan bawah tanah, dengan ditemani dua orang anak kecil saya memasuki lorong2 bawah tanah itu. Siang hari sih tentu tidak serem, walaupun sempat melihat ruang tahanan dan berbagai ruang lainnya yang mempunyai ventilasi berupa lubang keatas tanah, kalau malam sih siapa berani.

Didalam Vihara Avalokitesvara yang luas ini, ada papan yang bercerita bahwa saat terjadi letusan Gunung Krakatau pada tanggal 27 Agustus 1883, terjadi tsunami tapi walau seluruh pantai Banten disapu habis - vihara yang juga letaknya tidak berapa jauh dari pantai itu dimasuki air lautpun tidak. Vihara ini konon dibangun pada masa awal kerajaan Banten

Meriam Si jagur

MERIAM SI JAGUR

Dari diriku sendiri aku lahir kembali

Meriam Si Jagur dikeramatkan oleh sebagian masyarakat dan dipercaya bisa membuat wanita jadi hamil.

Warga Kota Intan merasa kehilangan. Ternyata Si Jagur pindah tempat di halaman dalam Museum Sejarah Jakarta.

Museum Sejarah Jakarta, sejak dibuka secara resmi oleh mantan Gubernur Ali Sadikin, 30 Maret 1974. Dari sepuluh museum yang dimiliki Pemda DKI Jakarta, setiap museum memiliki koleksi yang dapat diunggulkan sebagai koleksi masterpiece. Seolah-olah menjadi IKON. Sebagai contoh, Museum Sejarah Jakarta menjadi menarik karena terdapat meriam Si Jagur yang ditempatkan di bagian halaman museum tersebut. Sehingga tiap pengunjung yang melintas disana, pandangannya segera tertumbuk pada sosok meriam kuno yang lubang moncongnya menganga ke arah depan.

Tak hanya moncongnya, yang dulu menyemburkan peluru secara dahsyat. Tetapi juga bagian belakang meriam itu justru yang lebih banyak diamati oleh pengunjung. Kenapa ? Karena bentuknya yang unik. Bagian belakang meriam itu berbentuk tangan mengepal dengan ibu jari dijepit oleh jari telunjuk dan jari tengah. Sehingga terkesan membentuk sosok yang porno. Menilik bentuknya, selintas seperti lingga atau penis pria yang tengah menerobos pintu alat vital wanita. Ini sebuah perlambang kesuburan. Jadi bukan termasuk kategori tontonan yang menunjukan sosok porno.

Perjalanan panjang Si Jagur

Keberadaan meriam Si Jagur di Indonesia sudah lama dikenal masyarakat secara luas. Selain bentuknya yang unik, juga lika-liku perjalanan panjang dan sejarah Si Jagur membuat tiap orang kepingin tahu asal-usulnya. Sejarah mencatat bahwa meriam kuno yang disebut Si Jagur ini dibuat oleh MT Bocarro di Macao sebagai peralatan tempur. Kemudian diangkut ke Malaka untuk memperkuat benteng Portugis di Malaka. Ketika Malaka jatuh ke tangan VOC tahun 1641, meriam Si Jagur diangkut ke Batavia. Niatnya untuk memperkuat pertahanan Batavia dari ancaman musuh. Andaikata meriam Si Jagur itu manusia/prajurit tempur, pastilah dia sudah berpangkat jenderal. Sebab meriam ini diutamakan guna menghancurkan pertahanan musuh. Dan jatuh-bangun di medan perang dengan memuntahkan ratusan bahkan ribuan peluru yang dapat membumi hanguskan lawan.

Pada punggung belakang meriam ini tertera tulisan bahasa latin EX ME IPSA RENATA SUM yang terjemahan bebasnya adalah DARI DIRIKU SENDIRI AKU LAHIR KEMBALI. Atau bisa ditafsirkan juga bahwa meriam Si Jagur dilebur dari meriam-meriam kecil yang jumlahnya 16 buah. Terbuat dari logam besi berukuran panjang 380 cm. Panjang tangan di bagian belakang yang banyak menarik perhatian sekitar 41 cm. Lingkar tangan belakang 60 cm, diameter moncong meriam bagian depan 39 cm (bagian dalam) dan 50 cm (keluar) lingkar moncong meriam 158 cm, lingkar badan meriam terkecil 122 cm, lingkar badan meriam terbesar 206 cm, lebar badan meriam 100 cm. Berat meriam 7000 pound atau 3,5 ton. Nomor seri 27012.

Teman Akrab Orang Pasar

Meriam Si Jagur yang semula tersimpan di Musium Nasional, jalan Medan Mereka Barat, Jakarta Pusat. Kemudian dipindahkan untuk dipajang di depan halaman luar Museum Sejarah Jakarta, jalan Fatahillah Jakarta Kota. Letaknya persis di depan Kantor Pos Jakarta Kota, tempat para pedagang pakaian dan barang kelontong lainnya disekitar Kantor Pos. Sehingga masyarakat sekelilingnya mengenal betul sosok Si Jagur yang unik. Meriam tersebut tergeletak di bawah udara terbuka. Bila terik matahari memancarkan sinarnya, tubuh meriam itu sedikit memuai seolah menggelembung karena kepanasan. Bila turun hujan, maka badan meriam itu terasa dingin dan mengkilat. Namun karena letaknya dekat dengan keramaian pasar, maka orang-orang pasar sekaligus merasa lebih dekat dan akrab. Seringkali anak-anak disekeliling pasar pun bermain-main disitu. Orang tuanya kerapkali menjemur pakaian di badan Si Jagur. Bahkan Si Jagur menjadi teman pelepas lelah. Bila seorang tua duduk sambil mengurut-urut kakinya yang pegal dan ditempelkan di badan meriam terasa nikmat dan sejuk Seolah terjalin komunikasi antara manusia dengan meriam yang bisu tapi magis

Suatu ketika masyarakat pasar Kota Intan terkejut dan terheran-heran lantaran sosok Si Jagur yang akrab itu menghilang dari tempatnya. Iya, betul Si Jagur hilang entah kemana. Dan semua orang di dekat itu merasa sedih karena tak lagi dapat melihat si Jagur yang sehari-harinya menjadi teman bisu. Pupus sudah simbol keakraban yang selama ini lekat di dada dan kosong dari pandangan mata.

Rupanya meriam Si Jagur yang menyimpan sejarah panjang itu dipindahkan ke halaman dalam di depan Museum Sejarah Jakarta. Tak jauh dari Kantor Pos yang ramai dengan para pedagang. Keberadaannya di luar halaman Museum dan terlalu dekat dengan pasar dianggap kurang menguntungkan. Sehingga harus dipindahkan ke halaman bagian dalam dekat pintu masuk Museum. Tepatnya tanggal 22 Nopember 2002 malam bulan Ramadhan. Pemindahan dilakukan malam hari seusai sholat tarawih Sehingga masyarakat sekitar pasar tidak mengetahui. Dipindahkannya meriam Si Jagur di halaman dalam memungkinkan pengunjung dengan mudah menatap sosok Si Jagur.

Tetapi alasan pihak Museum Sejarah Jakarta memindahkan meriam Si Jagur dari dekat pasar ke dalam halaman adalah karena tiket alias finansial. Selain alasan utamanya adalah agar koleksi unggulan ini dapat terpantau dan terawat lebih baik.

Membawa Berkah dan Kehamilan ?

Sebagian masyarakat terlanjur percaya bahwa kepalan ibu jari yang dijepit oleh jari telunjuk dan jari tengah Si Jagur itu lambang kesuburan. Bagi wanita yang bersuami tetapi belum punya anak, maka khasiat meriam Si Jagur diyakini bisa memberikan berkah kehamilan. Pernah terjadi seorang wanita cantik disertai suami dan kerabatnya menghampiri badan meriam. Wanita itu membuka sedikit bagian bajunya sehingga perutnya bisa bersentuhan langsung dengan badan meriam khususnya pada bagian belakang Mano In Fica simbol pertemuan jantan dan betina untuk memperoleh kehamilan. Perut wanita itu digosok-gosokan disitu. Aneh juga dalam kehidupan modern masih ada sebagian masyarakat yang percaya dengan mistik. Inilah salah satu daya tarik meriam Si Jagur bagai magnet yang menarik masyarakat datang untuk membuktikan kebenarannya. Apa benar perempuan bisa hamil dengan cara menyentuh dan menggiosok-gosokan perurtnya pada bagian belakang yang betuliskan Mano In Fica? Terserah, boleh percaya atau tidak. Bagi orang beriman pasti tidak akan percaya, tapi bagi mereka yang suka mistik entah apa jadinya

Beberapa waktu yang lalu koran Fajar Banten memuat berita bahwa anggota DPRD propinsi Banten datang ke Pemda DKI Jakarta untuk membicarakan perundingan. Antara lain untruk membicarakan persandingan antara meriam Si Jagur dengan meriam Ki Amuk akan mendatangkan kemakmuran bagi priopinsi Banten. Dengan kata lain meriam Si Jagur ingin dipinjam oleh Pemda Banten untuk disandingkan dengan meriam Ki Amuk yang ditempatkan di Museum Banten di Karangantu Banten Lama. Kenapa bukan meriam Ki Amuk yang dipinjamkan ke Jakarta sehingga masyarakat Jakarta akan lebih makmur. Percayakan pembaca ? ***